Selasa, 10 April 2012

Pembacaan Hadits Ba'da Maghrib 09042012

NIAT YANG TULUS BERGANTUNG DI ARASY
 
Niat yang tulus (benar) bergantung di Arasy, apabila seseorang hamba melaksanakan niatnya itu, maka Arasy berguncang karenanya, lalu ia mendapat ampunan.
(Riwayat Al-Khathib melalui Ibnu Umar r.a)
 
Syarah/Penjelasan :
            Niat yang ikhlas membela pelakunya dihadapan Allah, apabila seorang hamba ikhlas dalam niatnya dan melaksanakan apa yang diniatkannya, maka Allah mengampuninya. Niat yang baik lagi ikhlas tidaklah cukup tanpa diiringi dengan pelaksanaannya. Hal ini menunjukkan bahwa niat yang ikhlas yang disertai pelaksanaannya  akan mampu mengguncangkan Arasy. Arasy adalah tempat agung yang merupakan Tempat "Bersemayamnya" Allah SWT.
 
"Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam diatas Arasy. Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?. Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu".
(QS. Sajdah [32] : 4-5)
 
INDEKS Hadits & Syarah®
ORANG-ORANG YANG BERBINCANG-BINCANG
DIBAWAH NAUNGAN ARASY
 
Ada tiga macam orang yang berbincang-bincang di bawah naungan 'Arasy dengan penuh rasa aman, sedangkan pada saat itu manusia berada dalam penghisaban, yaitu : seseorang yang tidak takut akan celaan orang yang mencelademi melaksanakan perintah Allah; seseorang yang tidak pernah memanjangkan tangannya kepada barang yang diharamkan oleh Allah atas dirinya; seseorang yang tidak pernah memandang hal-hal yang diharamkan oleh Allah baginya.
(Riwayat Al-Ashbahani)
 
Syarah/Penjelasan :
            Hadits tersebut diatas menjelaskan ada tiga kelompok orang yang merasa aman sambil berbincang dibawah 'Arasy, sementara yang lain sedang dalam penghisaban.
            Pertama. Orang yang tidak takut celaan orang, cemooh orang, ancaman orang dalam melaksanakan perintah Allah. Karena bagi dia hanay takut kepada Allah dan tidak takut kepada selain Allah. Orang yang takut kepada Allah disebut orang yang takwa. Dengan takwa dia terpelihara dari rasa takut kepada selain Allah. Dengan takwa dia memelihara dirinya dari hal-hal yang dapat mengundang murka Allah. Dengan takwa dia terpelihara dari perbuatan yang dapat merugikan dirinya dan orang lain.
            Kedua. Orang yang tidak pernah mengambil hak orang lain atau sesuatu yang diharamkan oleh Allah. Karena dia yakin bahwa barangsiapa yang mengambil hak orang lain maka dia pasti akan membayarnya di akhirat kelak. Kemungkinan besar pembayaran itu dilakukan dengan amal baiknya, atau dengan dosa orang itu ditimpakan kepadanya. Barangsiapa yang mengerjakan sesuatu yang haram, maka Allah pasti mangazabnya nanti di akhirat kelak.
            Ketiga. Orang yang tidak pernah memandang sesuatu yang diharamkan Allah. Setiap anggota tubuh akan dihisab di akhirat, termasuk mata manusia. Kalau matanya hanya digunakan untuk memandang hal-hal yang diridhoi Allah, maka ketika orang-orang dihisab ia tetap merasa nyaman tanpa measa was-was.
            Namun apa yang disebutkan dalam hadits ini bukan berarti membatasi orang-orang yang memperoleh kedudukan tersebut, melainkan hanya mengetengahkan tentang keutamaan orang-orang yang mengamalkan hal-hal tersebut karena sesungguhnya dalam hadits-hadits lain disebutkan pula beberapa macam orang yang memperoleh derajat yang sama, yang jumlahnya lebih banyak daripada apa yang disebutkan dalam hadits ini.
            Semua riwayat yang mengetengahkan hal ini pada hakikatnya tidaklah bertentangan karena masing-masing sahabat mendengar dari Nabi SAW dalam waktu dan tempat yang berbeda-beda. Dengan demikian, berarti apa yang disebutkan didalam hadits ini hanyalah merupakan sebagian dari mereka yang memperoleh kedudukan tersebut.
INDEKS Hadits & Syarah®

Tidak ada komentar: