Minggu, 21 Oktober 2012

Pembacaan Hadits Ba'da Isya' 20102012

PERINTAH MENUNAIKAN AMANAT
 
( lanjutan ..............................
204.    Dan dari Hudzaifah bin al-Yaman Radhiyallahu Anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menceritakan kepada kami tentang dua kabar, salah satunya telah pernah aku saksikan dan aku menunggu yang lainnya, beliau menceritakan kepada kami. "Sesungguhnya amanat itu turun didasar hati para manusia, kemudian turunlah Al-Qur'an maka mereka mengetahui dari Al-Qur'an dan mereka mengetahuinya dari As-Sunnah", Kemudian beliau menceritakan kepada kami tentang diangkatnya amanat, beliau bersabda, "Seseorang tidur sebentar, maka diambillah amanat bdari hatinya namun bekasnya masih tinggal satu titik, kemudian dia tidur lagi sekejap kemudian diambil lagi amanat dari hatinya, maka bekasnya seperti bekas tangan yang melepuh atau seperti bara api yang kamu gulungkan pada kakimu yang menimbulkan bekas, maka kamu melihatnya melepuh dan tidak ada sesuatu padanya". Kemudian beliau mengambil batu kerikil dan menggulungnya pada kakinya. "Pada waktu pagi manusia saling berbaiat, maka hampir tidak ada yang menunaikan amanat sampai dikatakan, "Sesungguhnya di bani fulan ada seorang lelaki yang amanat, sampai dikatakan terhadap orang itu, "Betapa kuatnya ia, betapa ia sangat memenuhi janjinya, dan betapa pintarnya ia, padahal dalam hatinya tidak ada sedikit pun keimanan". "Akan datang padaku suatu zaman dan aku tidak peduli siapa diantara kalian yang membaiatku, jika ia seorang muslim maka agamanya akan mengembalikan ia kepadaku, dan jika ia seorang nasrani atau yahudi, maka walinya akan mengembalikannya padaku, adapun hari ini, tidaklah aku membaiat di antara kalian kecuali si fulan dan sifulan".
            (Muttafaq Alaih)[66]
 
PENJELASAN        
 
            Penulis Rahimahullah berkata dalam riwayat yang dinukilnya dari Hudzaifah bin Yaman Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menceritakan kepada kami dua cerita yang telah aku lihat salah satunya, dan aku menunggu yang lainnya. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bercerita kepada sahabatnya dengan sesuatu yang beliau pandang sesuai. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam jika menceritakan sesuatu kepadaku seseorang, maka sesungguhnya cerita itu untuknya dan untuk umatnya sampai hari kiamat. Hudzaifah bin Yaman Radhiyallahu Anhu dikatakan sebagai seorang pemegang rahasia, karena Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menceritakan kepadanya tentang kelompok orang dari munafik, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengetahui mereka, kemudian beliau mengabarkan mereka kepada Hudzaifah, mereka berjumlah tiga belas orang lelaki, beliau menyebut nama mereka masing-masing. Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu karena sangat takutnya kepada Allah, ia menjumpai Hudzaifah, kemudian ia bertanya kepadanya, "Semoga Allah menunjukimu Hudzaifah, apakah Rasulullah menyebutkan namaku kepadamu beserta nama-nama orang-orang munafik yang beliau sebutkan?". Inilah dia Umar bin Khaththab, orang yang paling mulia pada umat ini, setelah Nabi dan Abu Bakar - Radhiyallahu Anhu Ajmain – dia orang kedua setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pada umat ini. Dia memeiliki keyakinan dan kedudukan yang sangat agung sebagaimana diketahui, sehinga Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata tentangnya, "Jika ada orang di antara kalian yang menjadi pembicara, maka dialah Umar"[67]. Yakni jika ada di antara kalian yang selalu condong pada kebenaran maka dialah Umar, beliau memujinya, den mengakui kesesuaian pada kebenaran. Keimanannya sangatlah dikenal dan masyhur, dengan demikian ia berkata, "Semoga Allah menunjukimu wahai Hudzaifah, apakah Rasulullah menyebutkan namaku kepadamu di antara nama-nama orang-orang munafik yang beliau sebutkan?". Hudzaifah menjawab,  "Tidak, aku tidak akan memberikan rekomendasi kepada seseorang setelahmu".
 
            Hudzaifah Radhiyallahu Anhu menyebutkan apa yang dibicarakan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang diangkatnya amanah dari hati seseorang, maka sabda beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam, ".....Sesungguhnya amanat itu turun didasar hati setiap orang", yakni di dasar hatinya, kemudian Allah menurunkan Al-Qur'an dan A-Sunnah yang menetapkan dan menguatkan dasar ini. Al-Qur'an dan As-Sunnah datang untuk menguatkan fitrah yang telah Allah ciptakan, mereka mengetahui dari kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya, sehingga bertambahlah keimanan dan kekuatan untuk menunaikan amanat.
 
            Namun, pada bagian kedua dari hadits ini, beliau mengabarkan bahwa amanat ini akan segera diangkat dari hati setiap morang – Na'udzu Billah – diangkat, sehingga jadilah mereka saling berbicara, "Sesungguhnya di bani fulan ada seorang laki-laki yang dapat dipercaya?". Yakni sesungguhnya kamu hampir-hampir tidak mendapatkan seorang laki-laki yang dapat dipercaya dalam satu kabilah, dan sisa dari mereka ini semuanya berkhianat, mereka tidak menunaikan amanat.
 
            Pada masa sekarang ini orang-orang menyaksikan akan kebenaran sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ini, jika diperlihatkan kepadamu laki-laki satu per satu sampai mencapai bilangan seratus atau bahkan lebih, maka tidak ditemukan seorang pun yang menunaikan amanat, sebagaimana mestinya bagi hak-hak Allah, tidak juga pada hak manusia. Terkadang kamu menemukan seseorang yang terpercaya dalam menjaga hak Allah, menunaikan shalat, membayar zakat, berpuasa, berhaji, banyak berdzikir kepada Allah, bertasbih, tetapi kalau dalam masalah harta ia tidaklah dapat dipercaya, jika ia diwakilkan untuk menjadi pegawai negeri misalnya, maka ia mengabaikannya, kehadirannya tidaklah rutin dan selalu terlambat, ia keluar sebelum habis waktu, menyia-nyiakan hari-hari dengan kesibukan yang khusus, tidak peduli, di masjid Anda menemukannya berada pada barisan paling depan, dalam sedekah, puasa, dalam haji, namun pada sisi yang lain ia tidaklah amanat.
 
            Demikian juga Anda mendapatkan seseorang yang mengerjakan shalat, puasa, haji, bersedekah, namun ia tidak dapat dipercaya pada bidang kerjanya. Ia mengetahui bahwa tidak dibenarkan seorang pegawai melakukan transaksi jual beli, atau membuka tempat untuk jual beli, tetapi ia tidak peduli, ia tetap membuka tempat perbelanjaan, bisa dengan namanya secara jelas, atau atas nama yang dipinjamkan dari yang lain, atau atas nama orang asing yang ditempatkannya di tempat pertokoan ini dan lain sebagainya, lalu ia berdusta, berkhianat kepada negara, memakan harta dengan cara yang batil, inilah makanan haram yang mencegah terkabulnya doa, Na'udzu Billah.
 
            Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah itu baik tidak menerima kecuali yang baik", sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang mukmin dengan apa yang diperintahkannya kepada para Rasul, Allah berfirman,
 
"Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik, yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada Allah kamu menyembah".  (QS. Al-Baqarah :172)
 
"Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan".
(QS. Al-Mu'minun : 51)
           
            Kemudian disebutkan seorang lelaki yang sedang melakukan perjalanan jauh, rambutannya tidak beraturan , penuh debu, ia menengadahkan tangannya ke langit, ia mengatakan, "Ya tuhanku, ya tuhanku", sedangkan makanannya haram, minumannya haram dan diberi makanan haram, maka bagaimana itu dapat diterima (doanya) ?"[68].
 
            Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Maka bagaimana dapat diterima (doanya)?" Yakni sangatlah jauh Allah mengijabah doanya orang ini, rambutnya berantakan dan berdebu, ia menengadahkan tangannya ke langit dan berucap, "Ya tuhanku, ya tuhanku". Karenanya, Allah sangatlah jauh untuk menerima doanya itu, karena ia memakan yang haram. Inilah seharusnya seorang pegawai dalam memenuhi perjanjian kerjanya, ia dilarang untuk mengadakan perdagangan, setiap usaha yang didapatinya dari penjualan tersebut adalah haram dan dibenci Allah. Kita berlindung kepada Allah dari yang demikian. Kita katakan kepada orang yang seperti ini, "Kamu sekarang boleh memilih! Jika kamu ingin tetap menjadi pegawai, maka tinggalkanlah perdagangan tersebut, dan jika kamu melihat bahwa perdagangan itu lebih menguntungkan bagimu dan lebih banyak mendatangkan manfaat, maka tinggalkanlah kepegawaianmu ini". Allah Ta'ala berfirman,
 
"Penuhilah akad-akad itu".  (QS. Al-Maa'idah : 1)
 
"Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggung jawabannya".
(QS. Al-Israa' : 34)
 
            Banyak orang beralasan dan berkata, "Bagaimana kalian melarangku berdagang, sedangkan di sana ada para menteri yang menjual-belikan tanah dan mereka mempunyai perusahaan-perusahaan yang besar". Kita katakan, "Jika seseorang tersesat, maka kesesatannya itu bukanlah sebuah petunjuk yang diikuti, jika mereka tersesat dan berbuat zhalim dengan apa yang mereka lakukan, maka kamu tidaklah ikut-ikutan tersesat, semisalnya ia mengatakan, "Peraturan ini datang dari tangan-tangan mereka, merekalah yang menetapkannya, maka bagaimana mungkin mereka menentangnya?" maka kita katakan, "Perhitungan mereka diserahkan kepada Allah, mereka akan menjadi orang pertama yang merasakan kesedihan dan kerugian, atas apa yang telah mereka lakukan di hari kiamat nanti, tidak ada harta yang dapat menolong mereka, tidak ada lagi pembantu dan pengawal yang dapat menjaga mereka, tidak ada lagi keturunan dan kerabat yang dapat menolongnya". Maka kamu janganlah menjadikan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan orang-orang itu sebagai dalil pembenaran dalam bermaksiat kepada Allah, tetapi hendaknya kamu menunaikan perjanjian yang telah kamu adakan dengan orang lain. Jika orang lain itu menyimpang dari perjanjiannya, maka janganlah kamu ikut-ikutan menyimpang.
m
 
[66].        Shahih Al-Bukhari (6497), dan Shahih Muslim (143)
 
[67].        Shahih Al-Bukhari (3469, 3689) dari hadits Abu Hurairah, yang dikeluarkan
                oleh Muslim (2398) dari hadits Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu Anha.
 
[68].        Muslim (1015) dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.
 
 
( berlanjut ......................................
SyarahRiyadhus Shalihin®

Tidak ada komentar: