Jumat, 01 Juni 2012

Pembacaan Hadits Ba'da Isya' 18052012

ADAB  BERPUASA
 
4.    Menjauhi perkara-perkara yang bertentangan dengan ibadah puasa
 
Puasa merupakan ibadah yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Allah SWT memberlakukan puasa sebagai sarana untuk menyucikan jiwa dan untuk mebiasakan berbuat baik.
            Seorang yang berpuasa hendaknya menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang dapat mengurangi pahala puasanya, sehingga puasanya akan mendatangkan manfaat dan menumbuhkan ketakwaan, sebagimana yang disebut Allah dalam firman-Nya,
 
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa".
(QS. Al-Baqarah [2] : 183)
 
            Puasa bukan sekedar menahan diri dari makan dan minum semata, tetapi puasa juga menahan diri dari apa segala bentuk larangan Allah SWT. Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda,
 
"Puasa tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi sesungguhnya puasa adalah menjauhkan diri dari perbuatan sia-sia dan perkataan keji. Jika kalian dicaci atau dibodohkan (diperlakukan dengan kasar) oleh seseorang, maka katakanlah; aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa"
HR. Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Hakim yang mengatakan keshahihan hadits ini berdasarkan syarah Muslim.
Imam Bukhari, Tirmidzi, Ahmad, Nasa'i, Ibnu Majah dan Abu Daud meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah bersabda,
 
"Siapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh terkait dia meninggalkan makan dan minumnya(1)"
HR. Bukhari
 
Dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah bersabda,
"Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan dari puasanya selain lapar saja. Dan betapa banyak orang yang mengerjakan shalat malam yang tidak mendapatkan dari shalat malamnya selain begadang malam saja".
            HR. Nasa'i, Ibnu Majah, dan Hakim yang menyatakan sebagai hadits shahih menurut syarah Bukhari.
 
(1)   Maksudnya, Allah tidak akan menerima ibadah puasanya.
 
Fiqih Sunnah®

Pembacaan Hadits Ba'da Maghrib 18052012

IKHLAS  DAN  MENGHADIRKAN  NIAT
 
( lanjutan.........................
Pendapat tersebut merupakan pendapat yang benar. Sebab, bagaimana mungkin kamu yang mempunyai akal normal dan tidak dalam kondisi terpaksa melakukan sebuah perbuatan tanpa disertai niat?. Mustahi!. Karena suatu perbuatan merupakan manifestasi dari keinginan dan kemampuan. Keinginan itulah yang disebut dengan niat.
            Dengan demikian, kalimat pertama mempunyai arti : tidak ada seorang pun yang melakukan sebuah perbuatan kecuali disertai dengan niat. Namun demikian, niat seorang beraneka ragam. Antara satu niat dengan niat yang lain jauh berbeda, seperti jarak antara langit dan bumi.
            Sebagian manusia ada yang menjadikan niatnya berada diatas segalanya, dan ada juga yang yang menjadikan niatnya di tempat sampah yang paling rendah dan paling hina.
            Meski kamu, misalnya, melihat dua orang yang melakukan perbuatan yang sama, dalam permulaan, akhir, bahkan disaat melakukan perbuatan tersebut, dan dalam gerakan dan diamnya, dalam setiap perbuatan dan perkataannya, tapi diantara keduanya ada perbedaan yang sangat jauh, seperti jauhnya jarak antara langit dan bumi, hal itu karena perbedaan niat kedua orang tersebut. Dengan demikian, pada prinsipnya : Tidak ada perbuatan yang tidak disertai dengan niat.
            Sabda Rasulullah, "Setiap orang akan mendapatkan (balasan) sesuai dengan niatnya" bermuara pada kesimpulan : jika kamu melakukan setiap amal perbuatan syar'i berniat semata-mata karena Allah dan kampung akhirat, maka kamu akan mendapatkannya. Tapi jika kamu meniatkannya karena dunia, maka kamu bisa mendapatkannya tapi bisa juga tidak.
            Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya (di dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki". (QS. Al-Israa': 18)
            Allah tidak berkata, "Kami segerakan baginya di dunia apa yang dia kehendaki". Akan tetapi Allah berkata, "Apa yang Kami kehendaki – bukan yang dia kehendaki – kepada orang yang Kami kehendaki – bukan kepada setiap manusia– ". Allah membatasi apa yang disegerakan dan untuk siapa Dia menyegerakannya.
 ( berlanjut..........................
Syarah Riyadhus Shalihin®

Pembacaan Hadits Ba'da Shubuh 18052012

Berapa Kali Nabi SAW Berhaji?
 
758.    Bersumber dari Abu Ishaq (yakni Amr bin Abdullah as-Sabii'i) mengatakan bahwa ia bertanya kepada Zaid bin Arqam, "Berapa kali kamu berperang menyertai Rasulullah SAW?". Dia menjawab, "Tujuh belas kali". Kemudian Zaid bin Arqam ra bercerita bahwa Rasulullah SAW berperang sembilan belas kali dan beliau berhaji sekali setelah hijrah, yaitu haji wada'. Haji yang lain ketika beliau berada di Mekkah.
            (Muslim 4/60)
 
Berapa Kali Nabi SAW Berumrah?
 
759.    Bersumber dari Anas ra mengatakan bahwa Rasulullah SAW empat kali yang semuanya di bulan Dzulqa'dah, kecuali umrah yang menyertai haji beliau. Pertama, umrah pada masa Hudaibiyah di dalam bulan Dzulqa'dah. Kedua, umrah pada tahun berikutnya juga di dalam bulan Dzulqa'dah. Ketiga, umrah dari Ji'ranah ketika beliau membagikan harta rampasan perang Hunain juga dalam buln Dzulqa'dah. Keempat, umrah yang meyertai haji beliau (tidak di bulan Dzulqa'dah).
(Muslim 4/60)
 
Memotong Rambut ketika Umrah
 
760.    Bersumber dari Ibnu Abbas ra mengatakan bahwa Mu'awiyah bin Abu Sufyan ra memberitahunya, "Aku memotong rambut Rasulullah SAW dengan gunting ketika beliau di Marwah (atau, aku melihat beliau dipotong rambutnya dengan gunting ketika beliau berada di Marwah)(1)"
            (Muslim 4/58-59)
 
(1)    Lafazh ini ada pada Muslim dalam riwayat yang lain sebelum ini. Lalu aku menempatkannya
pada dalam kurung.
 
Ringkasan Shahih Muslim®

Kamis, 31 Mei 2012

Pembacaan Hadits Ba'da Isya' 17052012

ADAB  BERPUASA
 
3.    Berdoa ketika berbuka dan ketika sedang puasa
 
Ibnu Majah meriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Ash bahwa Rasulullah bersabda,
 
"Sesungguhnya orang yang berpuasa ketika hendak berbuka memiliki doa yang tidak tertolak"
 
Apabila Abdullah hendak berbuka, dia berdoa, "Ya Allah, aku mohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu, supaya Engkau mengampuniku".
HR. Ibnu Majah
 
            Dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa Rasulullah berdoa saat berbuka, "Telah hilang dahaga, telah basah urat-urat, dan insya Allah pahal sudah ditetapkan". HR. Abu Daud
 
            Dalam sebuah hadits mursal bahwasanya Rasulullah berdoa, "Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa, dan dengan rezeki-Mu aku berbuka". HR. Abu Daud
 
            Tirmidzi meriwayatkan dengan sanad hasan bahwa Rasulullah bersabda, "Ada tiga golongan yang tidak ditolak doa mereka, yaitu : Orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil, dan orang yang dizalimi".
 
Fiqih Sunnah®