N A S E H A T
( lanjutan..........
Di antara makna nasehat kepada Rasulullah Shallahu Alaihi wa Sallam adalah jujur dalam mengikuti beliau, diamana Anda tidak melampaui syariat-syariatnya, tidak menguranginya dan Anda menjadikannya imam dalam setiap ibadah. Karena Rasulullah Shallahu Alaihi wa Sallam adalah imam bagi umat ini dan belaiaulah yang diikuti. Seseorang tidak diperbolehkan untuk mengikuti lainnya, kecuali, kecuali jika ia menjadi perantara antara dia dan rasul, dimana ia memiliki ilmu sunnah yang tidak kamu miliki, maka pada saat ini tidaklah berdosa jika kamu mengikuti orang lain, dengan syarat kamu meyakini bahwa ia adalah perantara antara kamu dan syariat, ia tidak berdiri sendiri, karena tidak ada seorangpun yang berdiri sendiri dengan syariat kecuali Rasulullah Shallahu Alaihi wa Sallam. Adapun selain beliau, maka hanya sebagai penyampai pesan. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallahu Alaihi wa Sallam, "Sampaikanlah oleh kalian dariku walaupun hanya satu ayat"24.
Diantara makna nasehat kepada Rasulullah SAW adalah melaksanakan syariatnya serta menjaganya tanpa mengurangi dan menambahkan sesuatu yang bukan darinya sedikitpun. Memerangi Ahlul Bid'ah, baik secara ucapan, perbuatan maupun akidah, karena bid'ah semuanya merupakan satu bab, semuanya merupakan satu ladang yaitu kesesatan, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, "Setiap bid'ah itu adalah sesat"25. Tiada yang dikecualikan pada bid'ah itu, baik ucapan, perbuatan maupun akidah. Semua yang bertentangan dari petunjuk Nabi Shallahu Alaihi wa Sallam dan apa yang dibawa oleh beliau dalam akidah, ucapan maupun perbuatan, maka hal itu adalah bid'ah. Diantara makna nasehat kepada Rasulullah SAW adalah memerangi Ahlul Bid'ah, sebagaimana mereka memerangi sunnah, jika mereka memerangi dengan ucapan, maka perangilah dengan ucapan, jika mereka memerangi dengan perbuatan, maka perangilah dengan perbuatan, sebagai balasan yang sesuai. Karena ini merupakan nasehat kepada Rasulullah Shallahu Alaihi wa Sallam.
Diantara makna nasehat kepada Nabi Shallahu Alaihi wa Sallam adalah menghormati para sahabatnya, mengagungkan dan mencintai mereka. Karena seseorang yang menemani orang lain, maka tidak diragukan lagi bahwa ia adalah seseorang yang diistimewakan dan orang yang special baginya. Hal ini karena sahabat merupakan sebaik-baiknya penerus (Qurun) karena mereka adalah sahabat Rasulullah Shallahu Alaihi wa Sallam. Barangsiapa mencaci sahabat, membenci atau mencela mereka atau berisyarat dengan sesuatu yang menghinakan mereka, berarti ia tidak menasehati kepada Rasulullah Shallahu Alaihi wa Sallam, walaupun ia menyangka bahwa ia menasehati karena Rasulullah, maka sebenarnya ia pendusta. Bagaimana kamu mencaci sahabat Rasulullah SAW dan membenci mereka, sedangkan kamu menyatakan cinta kepada Rasul dan menasehati karenanya ?. Terdapat hadits dari Nabi SAW, "Sseorang itu tergantung dari agama kekasihnya, maka hendaklah kalian memperhatikan siapa kekasih kalian"26. Jika sahabat Rasulullah SAW dicaci dengan tuduhan dusta, maka pada hakikatnya ia telah mencela Rasulullah SAW dan tidak menasehati karena beliau, bahkan sebenarnya ia telah mencerca syariat, karena yang membawa syariat kepada kita adalah para sahabat, Jika mereka pantas untuk dicela dan dicaci, maka syariat ini tidak lagi bisa dipercaya, karena yang membawanya adalah orang yang pantas dicela dan dihina, mencaci sahabat berarti juga mencaci Allah Ta'ala – kita memohon keselamatan kepada Allah – mencela hikmah-Nya, yang memilih nabi-Nya Shallahu Alaihi wa Sallam untuk membawa agama-Nya dari orang-orang yang layakuntuk dicela dan dihina. Kalau demikian, di antara yang termasuk menasehati karena Rasul-Nya Shallahu Alaihi wa Sallam adalah dengan mencintai para sahabatnya, memuliakan, dan mengagungkannya, ini adalah perintah agama, maka jadilah nasehat bagi Rasulullah SAW mencakup semua hal ini.
Keempat, Sabda beliau "Dan bagi para pemimpin Islam" , lafazh Al-A'immah, adalah jamak dari kata Imaam, yang dimaksud dengan imam adalah orang yang diikuti dan dilaksanakan perintahnya. Imam ini terbagimenjadi dua bagian : imam dalam agama dan imam dalam pemerintahan. Imam dalam agama berada ditangan para ulama, yang mengarahkan manusia kepada Al-Qur'an, memberikan mereka petunjuk dan menunjukkan mereka pada syariat Allah, Allah berfirman dalam doa hamba-Nya,
"Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang (hati), dan jadikanlah kami Imam bagi orang-orang yang bertakwa" (QS. Al-Furqan : 74)
Mereka tidak meminta kekuasaan dan pemerintahan, tetapi mereka meminta kepada Allah kepemimpinan dala agama, karena hamba Ar-Rahman tidak menginginkan kekuasaan pada manusia, dan tidak juga meminta kepemerintahan, bahkan Rasulullah Shallahu Alaihi wa Sallam berkata Abdurrahman bin Samurah Radhiyallahu Anhu, "Janganlah kamu meminta kekuasaan, sesungguhnya jika kamu diberikan kekuasaan karena kamu memintanya, maka kamu diwakilkan padanya, dan jika diberikan kekuasaan tanpa kamu meminta, maka kamu akan ditolong atasnya"27. Akan tetapi, mereka meminta kepemimpinan dalam agama, sebagaimana difirmakan Allah Ta'ala,
"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami". (QS. As-Sajdah : 24)
( berlanjut ..........
SyarahRiyadhus Shalihin®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar