Selasa, 09 Oktober 2012

Pembacaan Hadits Ba'da Isya' 06092012

MEMERINTAHKAN  YANG  MA'RUF  DAN
MENCEGAH  YANG  MUNKAR
 
( lanjutan................
 
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat"
(QS. Ali Imran : 104-105)
 
            Akan tetapi, bagi orang yang memerintahkan amar ma'ruf nahi mungkar hendaknya memperhatikan masalah yang penting, yakni bertujuan untuk memperbaiki saudaranya, bukan untuk memberinya sangsi, atau memberatkannya, karena jika ia berkeinginan untuk memberi sangsi atau memberatkan saudaranya, maka bisa jadi ia akan membanggakan diri dan perbuatannya, ia juga akan menghinakan saudara dan bahkan ia menjauhkan saudaranya dari rahmat Allah dengan mengatakan, "Orang ini jauh dari rahmat Allah", lalu ia membatalkan amalnya. Sebagaimana yang diriwayatkan pada sebuah hadits shahih dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa ada seorang berkata kepada yang lain dengan melebih-lebihkan dirinya, "Demi Allah, sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni si fulan", maka Allah Ta'ala berfirman, "Siapa yang merasa lebih tinggi dri-Ku untuk tidak mengampuni si fulan, Aku mengampuninya dan Aku batalkan amalmu"[57].  Lihatlah orang ini, ia berbicara dengan sebuah kalimat yang menghancurkan dunia dan akhiratnya, hancur semua amal dan usahanya, sebabnya karena ia membanggakan diri, menghinakan saudaranya dan menjauhkan seseorang dari kasih sayang Allah dengan mengatakan ucapan itu kepada saudaranya, karena ulahnya itu, maka kalimat ini menjadi penghancur bagi dunia dan akhiratnya.
           
            Yang terpenting, wajib bagi orang yang melaksanakan amar ma'ruf nahi mungkar menghadirkan makna ini, agar niatnya itu bukan bertujuan untuk memenangkan diri sendiri atau memberi sangsi kepada saudaranya, tetapi hendaknya ia seperti seorang dokter yang ikhlas, ia hanya bertujuan untuk memberikan pengobatan kepada yang sakit, yang sakit dengan kemungkaran, maka ia melakukan pengobatan dengan pengobatan takwa atas buruknya kemungkaran ini. Atau terhadap orang yang meninggalkan kewajiban, maka ia akan mengobatinya dengan pengobatan yang dapat membawanya melakukan kewajiban tersebut. Jika Allah mengetahui niat ikhlasnya, maka Dia akan menjadikan keberkahan pada usahanya, dan dengannya Dia memberikan pertunjuk kepada hamba yang dikehendaki-Nya. Maka ia akan mendapatkan limpahan kebaikan yang begitu banyak.  Allahlah yang memberi petunjuk.
 
[57].        Shahih, dishahihkan oleh Al-Albani Rahimahullah dalam  As-Silsilah Ash-Shahihah (1685)
 
( berlanjut ................
SyarahRiyadhus Shalihin®

Tidak ada komentar: