Kamis, 06 September 2012

Pembacaan Hadits Ba'da Shubuh 01092012

200.    Bersumber dari Sa'ad bin Abi Waqqash  ra, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Barangsiapa ketika usai mendengar muadzdzin  (mengumandangkan adzan) mengucapkan, 'ASHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHUU LAA SYARIIKALAH, WA ANNA MUHAMMADAN 'ABDUHUU WA RASUULUH. RADHIITU BILLAAHI RABBA, WA BIMUHAMMADAN RASUULAA, WA BIL ISLAAMI DIINAA' (Aku bersaksi tiada ilah (yang layak dipatuhi) melainkan Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. Aku ridha Allah sebagai Rabb, Muhammad sebagai Rasul, dan Islam sebagai pedoman hidup), niscaya diampunilah dosa-dosanya".
            (Muslim II : 5)
 
Ringkasan Shahih Muslim®

Rabu, 05 September 2012

Embun Pagi Forsimpta

Dari: pengurus.forsimpta@gmail.com <pengurus.forsimpta@gmail.com>
Judul: Embun Pagi Forsimpta
Kepada: "Forsimpta Jakarta" <jurnalisforsimpta@googlegroups.com>
Tanggal: Rabu, 5 September, 2012, 8:25 AM

Peluang Mulia dan Hina.       

Assalaamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh..

SAHABAT seiman..,
Pagi hadir kembali menyapa kita, memberi peluang bagi yang ingin mulia, memberi ancaman hina bagi yang terjerat dosa. Bagaimana malam kita tadi, semoga rangkaian doa mesra, sujud panjang kita, dan bait ayat yang terbaca semakin meninggikan DERAJAT dan menghapus KESALAHAN..

Sahabat SEIMAN..,     
Sahabat Abu Abdillah, Tsauban Maula Rasulullah Saw pernah mendengar Nabi Saw bersabda, artinya: "kamu harus memperbanyak sujud, karena setiap satu sujud karena Allah itu akan meninggikan derajat dan menghapus kesalahan" (H.R. Muslim) mari sejenak cerahkan hati, segarkan pikiran, dan gelorakan diri dengan hikmah pesan Nabi Saw..

Sahabat seIMAN..,
Lihatlah begitu banyak diri yang rela bersusah payah meraih MULIA di mata manusia, tetapi siapakah yang menyertakannya dengan MENJAUHI DOSA?. Tak sedikit kita menyangka harta dan jabatan sebagai syarat utamanya namun Beliau menetapkan SUJUDlah yang lebih UTAMA. Sujud sebagai simbol kekuatan ibadah, kedekatan hamba kepada tuhannya, kekuatan doa, dan ketundukan hamba. Maka siapa yang menyertakan usahanya dengan ibadah kemuliaan hakiki akan menjadi buahnya.

Sahabat seiman..,
Banyak yang tergiur mulia namun tak mampu menjauhi dosa. Banyak yang tenggelam dalam usaha mengejar mulia namun tak memiliki sujud sebagai kendaraannya. Jangan lalaikan lagi ibadah kita, sertakan usaha dengan doa, bentengi diri dengan kedekatan pada-Nya, rendahkan diri penuh sederhana. Selamat beraktifitas! (Follow twitter @_SaiBah, Pin: 21D20C2A)

Be A Profesional Muslim!

Selasa, 04 September 2012

Pembacaan Hadits Ba'da Maghrib 01092012

KEMATIAN
 
Anjuran agar Senantiasa Mengingat Kematian dan
Memperbanyak  Amal  Saleh.
 
            Syariat Islam menganjurkan agar selalu mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk menyambutnya dengan amal saleh. Islam juga memandang bahwa mengingat kematian merupakan bagian dari jalan kebaikan.
 
            Ibnu Umar berkata, aku mendatangi Rasulullah dan aku termasuk orang yang ke sepuluh yang menghadap beliau. Setelah itu, salah seorang dari kalangan Anshar berdiri lalu bertanya kepada Rasulullah, "Wahai nabi Allah, siapakah orang yang paling cerdas dan pandai?"
 
            Rasulullah menjawab,
"Yaitu orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling banyak mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Merekalah orang-orang yang cerdas".
HR. Ibnu Majah
 
Ibnu Umar juga meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah bersabda,
 
"Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan!". (HR. Tirmidzi)
 
            Kedua hadits di atas diriwayatkan oleh Imam Thabrani dengan sanad hasan
 
            Dari Ibnu Abbas ra., dari Rasulullah SAW., beliau bersabda terkait dengan firman Allah,
"Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam".
(Al-An'am [6] : 125)
 
"Jika cahaya telah merasuk ke dalam hati, maka hati akan menjadi lapang dan lega"[1].
 
            Para sahabat bertanya, apakah hal yang sedemikian itu ada tandanya, sehingga kami dapat mengetahuinya?.
 
            Rasulullah menjawab,
 
"Yaitu kembali menuju kehidupan yang abadi yang (penuh dengan)  tipuan dan mempersiapkan kematian sebelum ia datang menjemput". HR. Ibnu Jarir. Hadits ini memiliki jalur yang mursal  dan muttasil, di mana antara yang satu dengan yang lain saling menguatkan.
 
 
1.     Tafsir ath-Thabari jilid VIII, hal : 20
           
Fiqih Sunnah®

Pembacaan Hadits Ba'da Isya' 31082012

N A S E H A T
 
( lanjutan..........
Di antara makna nasehat kepada kitab Allah adalah manusia menghormati Al-Qur'an yang mulia ini. Seperti tidak menyentuh Al-Qur'an kecuali ia dalam keadaan suci dari dua hadats; hadats kecil dan hadats besar. Berdasarkan sabda Rasulullah SAW. "Janganlah menyentuh Al-Qur'an kecuali dalam keadaan suci". Atau dari balik penghalang, karena orang yang menyentuh Al-Qur'an dari balik penghalang berarti ia tidak menyentuhnya secara langsung. Dan sebaiknya – bukan dalam arti wajib – tidaklah ia membaca Al-Qur'an; walaupun menghafal, kecuali dalam keadaan suci, karena ia termasuk penghormatan kepada Al-Qur'an.
 
Di antara makna nasehat kepada kitab Allah adalah tidak meletakkannya pada tempat yang menghinakannya, seperti tempat pembuangan sampah dan semisalnya. Oleh karena itu wajib berhati-hati terhadap apa yang dilakukan sebagian anak kecil ketika mereka telah selesai belajar di sekolah. Mereka melemparkan buku-buku pelajarannya di jalan-jalan atau di tempat sampah atau yang serupanya padahal di dalamnya ada mushafnya. Na'udzu Billah. Adapun meletakkan mushaf di atas tanah yang suci lagi baik, maka hal itu tidaklah mengapa dan tidaklah berdosa, karena hal ini tidak mengandung unsur penghinaan dan pelecehan terhadap Al-Qur'an. Hal ini sering terjadi pada sebagian orang ketika shalat, membaca mushaf dan tatkala ingin sujud, ia meletakkannya di hadapannya, ini juga tidak termasuk menghinakan mushaf dan tidaklah mengapa. Wallahu A'lam.
Adapun yang ketiga, sabda Nabi SAW, "Bagi Rasul-Nya"  Nasehat bagi rasul mengandung beberapa poin :
Yang pertama, keimanan yang sempurna dengan risalahnya, sesungguhnya Allah telah mengutusnya bagi semua makhluk, baik bangsa Arab maupun non-Arab, baik bangsa manusia maupun jin. Allah Ta'ala berfirman,
"Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia".
 (QS. An Nisaa : 79)
 
"Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (yaitu Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam". (QS. Al-Furqaan : 1)
 
"Tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi sekalian alam". (QS. Al-Anbiyaa : 107)
Dan banyak sekali ayat yang menerangkan tentang hal ini. Kemudian beriman bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah untuk semua makhluk, dari bangsa jin maupun manusia.
 
 Kedua, membenarkan beritanya, bahwa beliau adalah orang yang penuh dengan kejujuran, jujur terhadap yang ia kabarkan, dibenarkan apa yang diberitakan berupa wahyu, tidak dapat didustakan dan beliau Shallahu Alaihi wa Sallam tidaklah berdusta.
 
( berlanjut ..........
SyarahRiyadhus Shalihin®

Pembacaan Hadits Ba'da Maghrib 31082012

Larangan  Keluar atau Masuk  Kawasan
yang Terkena Wabah Penyakit Tha'un   
 
            Rasulullah melarang sesorang untuk keluar ataupun memasuki tempat yang telah mewabah penyakit tha'un. Hal ini bertujuan agar penyakit tersebut tidak menyebar ke daerah yang lain. Inilah yang kita kenal masa sekarang dengan istilah "karantina" atau "isolasi".
 
            Imam Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits, dan hadits ini dinyatakan hasan shahih, dari Usamah bin Zaid, suatu ketika, Rasulullah SAW pernah menyebut penyakit Tha'un, lantas beliau bersabda,
 
"Ia merupakan siksa yang dikirim kepada sekelompok Bani Israel. Jika ia ada disuatu tempat dan kalian berada diluar kawasan tersebut, janganlah kalian keluar dari kawasan itu. Dan jika ia mengenai suatu daerah dan kalian tidak berada didalamnya, dan janganlah kalian turun (masuk) di daerah tersebut"
 
Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Suatu ketika, Umar bin Khaththab keluar menuju kota Syam. Ketika sampai didaerah Gharg, Ubaidah bin Jarah dan teman-temannya menemui Umar. Lalu Umar berkata kepada Ibnu Abbas, "Panggilkan kaum Muhajirin yang pertama kali memasuki daerah ini".
 
Ibnu Abbas melanjutkan, "Lalu aku memanggil mereka. Kemudian Umar meminta pendapat mereka dan mereka memberitahu kepadanya bahwa penyakit tha'un sedang mewabah disana". Dengan kejadian seperti ini, para sahabat yang ikut bersama Umar bersilang pendapat. Sbagian dari mereka berkata kepada Umar, "Kita telah keluar untuk suatu urusan. Menurutku, kita tidak boleh kembali, kita harus melanjutkan perjalanan ke Syam". Sebagian yang lain berkata, "Kamu bersama orang-orang yang tersisa dan para sahabat Rasulullah. Aku tidak setuju jika kamu menjerumuskan mereka pada wabah penyakit ini".
 
Selanjutnya, Umar berkata, "Pergilah kamu dariku". Umar juga memerintahkan Ibnu Abbas untuk memanggil dua orang dari kalangan Anshar untuk diajak musyawarah. Ibnu Abbas pun memanggil dua orang dari kalangan Anshar. Dan kedua orang ini tidak berbeda pendapat. Mereka berkata, "Menurutku, akan lebih baik jika kamu kembali dengan para sahabat yang mengikutimu agar jangan sampai mereka terkena wabah penyakit ini". Setelah itu, Umar memanggil para sahabat dan berkata kepada mereka, "Aku akan pulang". Mendengar hal tersebut, semua sahabat mengikuti pendapat Umar. Dengan segera, Abu Ubaidah bin Jarah berkata, "Wahai Umar, apakah kamu akan lari dari takdir Allah?". Umar menjawab, "Benarkah yang mengucapkan kalimat itu adalah kamu, wahai Ubaidah ?!. Benar, kita lari dari takdir Allah dan menyambut takdir Allah yang lain. Bagaimana menurutmu, jika kamu mempunyai dua ekor unta yang turun pada suatu lembah, di mana lembah yang satu subur (banyak tanaman) dan lembah yang lain kering. Bukankah jika kamu menggembala unta itu dilembah yang subur merupakan takdir Allah, dan jika kamu menggembala untamu di lembah yang kering juga termasuk takdir Allah?'.
 
Ibnu Abbas melanjutkan : Tidak lama setelah itu, Abdurrahman bin Auf datang, yang sebelumnya ia tidak ikut rombongan karena alasan tertentu. Ia berkata, "Menurutku, dalam permasalahan ini , semestinya kita putuskan dengan disertai ilmu. Aku mendengar Rasulullah bersabda, 'Apabila kalian mendengar ada penyakit menular di suatu daerah, janganlah kalian memasukunya. Dan apabila penyakit itu ada disuatu daerah dan kalian berada di tempat itu, janganlah kalian keluar dari daerah tersebut".
(HR. Bukhari)
 
            Ibnu Abbas berkata : Setelah itu, Umar memuji Allah, lantas pegi.   
 
Fiqih Sunnah®