Sabtu, 20 Oktober 2012

Pembacaan Hadits Ba'da Shubuh 20102012

Bacaan  Saat  Bangkit  dari  Ruku'
 
296.   Bersumber dari Abu Said al-Khudri ra, ia menyampaikan, "Adalah Rasulullah SAW bila bangkit dari ruku' dia mengucapkan, 'RABBANA LAKAL HAMDU MIL-US SAMAAWAATI WAL ARDHI (WA MAA BAINAHUMMA),[1] WA MIL-UMAA SYI'TA MIN SYAI'IN BA'DU, AHLATS TSANAA'I WAL MAJDI, AHAQQU MAA QAALAL 'ABDU, WA KULLUNAA LAKA 'ABDUN LAA MAANI'A LIMAA A'THAITA, WA LAA MU'THIYA LIMAA MANA'TA WALAA YANFA'U DZAL JADDI MINKAL JADDU (Wahai Rabb kami, bagi-Mu segala puji. (Aku memuji-Mu dengan) pujian sepenuh langit dan bumi, sepenuh apa yang diantara keduanya, sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu. Wahai Rabbyang layak di puji dan diagungkan, yang paling berhak dikatakan oleh seorang hamba dan kami seluruhnya adalah hamba-Mu. Ya Allah tidak ada pula yang dapat memberi apa yang Engkau halangi, tidak bermanfaat kekayaan bagi orang-orang yang memilikinya (kecuali iman dan amal salehnya), hanya dari-Mu kekayaan itu)".
(Muslim II : 4)
 
Keutamaan Sujud dan Anjuran Memperbanyak Sujud
 
297.    Bersumber dari Ma'dan bin Abu Thalhah al-Ya'mari ra, ia berkata, 'Aku pernah bertemu Tsauban, bekas budak Rasulullah SAW. Aku berkata kepadanya, '(Wahai Tsauban), tolong jelaskan kepadaku perihal perbuatan yang bila kukerjakan, Allah akan memasukkanku ke surga! Atau aku berkata 'Tentang amalan-amalan yang paling dicintai oleh Allah!'. Kemudian Tsauban diam. Lalu kutanya (lagi) dia diam (lagi). Kemudian kutanya yang ketiga kalinya. Lalu Tsauban berujar, 'Aku pernah menanyakan hal itu kepada Rasulullah SAW, kemudian beliau bersabda, "Hendaklah engkau memperbanyak sujud kepada Allah; karena sesungguhnya kami tidak melakukan sekali sujud kepada Allah, melainkan karenanya Allah mengangkatmu satu derajat dan karenanya (pula) Allah akan menghapus satu kesalahan darimu". Ma'dan melanjutkan, 'Kemudian aku bertemu dengan Abu Darda'. Lalu aku tanya dia mengenai hal itu, lalu Abu Darda' mengatakan kepadaku seperti yang dikatakan Tsauban'.
(Muslim II : 51-52)
 
Anjuran  Memperbanyak  Do'a  Dalam  Sujud
 
298.   Bersumber dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Posisi seorang hamba yang paling dekat kepada Rabbnya adalah ketika ia sujud (kepada-Nya). Oleh karena itu hendaklah kalian memperbanyak do'a (ketika itu!)".
(Muslim II : 49-50)
 
Sujud di Atas Tujuh Anggota Badan
 
299.    Bersumber dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Aku diperintah (oleh Allah) agar bersujud di atas tujuh anggota badan : (pertama) dahi (beliau sambil memberi isyarat dengan tangannya ke hidungnya); (dua dan tiga) kedua tangan (empat dan lima) kedua kaki; dan (enam dan tujuh) ujung jari kedua kaki. Dan, kita tidak boleh menyingkirkan pakaian dan tidak (pula) rambut".
(Muslim II : 52)
 
I'tidal Dalam Sujud dan Mengangkat Kedua Siku
 
300.   Bersumber dari Anas  ra., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Hendaklah kalian lurus (pada posisi masing-masing) ketika sujud, dan janganlah seorang di antara kalian melunjurkan kedua lengannya seperti anjing melunjurkan kaki depannya".
(Muslim II : 53)
 
Merenggangkan  Lengan  Dalam  Sujud
 
301.   Bersumber dari Abdullah bin Malik bin Buhainah ra., bahwa Rasulullah SAW apabila (sujud)[2] dalam shalat, beliau merenggangkan kedua lengannya (dari rusuknya) hingga terlihat putih kedua ketiaknya.
(Muslim II : 53)
 
            [1].         Dalam Shahih Muslim tidak terdapat kalimat "wamaa bainahuma" diriwayatkan oleh  
Abu Sa'id akan tetapi berasa dari hadits Abdullah bin Abbas dengan marfu' yang di dalamnya
terdapat juga kalimat : "Allahumma lakal hamdu".
 
                [2].          Aslinya adalah sajada akan tetapi dikoreksi dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim,
                                Dalam Shahih Bukhari disebutkan dengan lafazh, "Adalah Rasulullah SAW apabila sujud
                                dalam shalatnya, beliau SAW mengangkat kedua tangannya dari ketiaknya sampai-sampai
                                aku dapat melihat ketiak beliau".
 
Ringkasan Shahih Muslim®
 

Pembacaan Hadits Ba'da Isya' 19102012

PERINTAH MENUNAIKAN AMANAT
 
( lanjutan ..............................
Ketiga, " .......Jika ia dipercaya maka dia khianat". Inilah yang dijadikan dalil dari hadits dalam bab ini. Orang munafik jika kamu mengamanatinya untuk menjaga harta, maka ia akan mengkhianatinya. Jika ia diberikan amanat untuk menjaga rahasia di antaramu, maka ia pun akan khianat. Jika diberikan amanat pada keluargamu ia juga khianat, jika ia diberikan amanat dalam hal jual-beli ia berkhianat kepadamu, sebagaimana jika kamu berikan ia amanat untuk menjaga sesuatu ia juga khianat padamu. Na'udzu Bilah. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam hatinya terdapat cabag dari cabang-cabang kemunafikan.
           
            Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengabarkan dua perkara dengan hadits ini,
            Pertama, memperingatkan kita dari sifat-sifat tercela, di antaranya tanda-tanda kemunafikan. Beliau khawatir bahwa Nifaq 'Amali akan berujung pada Nifaq I'tiqadi. Maka jadilah seseorang itu munafik dengan Nifaq I'tiqadi, ia keluar dari agama Islam, sedangkan ia tidak menyadarinya. Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengabarkan kepada kita agar mewaspadai hal tersebut.
 
            Kedua, beliau memperingatkan kita untuk tidak bersifat dengan sifat ini, kita mengetahui bahwa orang munafik itu menipu dengan mempermainkan kita, mengelabui kita dengan tutur katanya yang manis, karenanya lawan dari sifat ini adalah tanda dari keimanan. Orang mukmin jika ia berjanji maka ia akan menunaikannya, orang mukmin jika diberi amanat, ia akan menunaikan amanat tersebut dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Inilah yang disebut seorang mukmin, ketika berbicara ia jujur dalam pembicaraannya, ia mengabarkan sesuatu yang memang benar-benar terjadi.
 
            Namun sangat disayangkan, banyak sekali orang yang bodoh di antara kita jika kamu berjanji kepadanya, dia mengatakan, "Perjanjian Inggris atau perjanjian Arab?" yakni bahwa orang Inggris selalu menepati janjinya, sedangkan orang Arab tidak, tanpa diragukan lagi bahwa dia telah dibodohi dan ditipu oleh orang-orang kafir ini, orang-orang Inggris ada yang muslim dan ada juga yang mukmin, akan tetapi sebagian besar mereka adalah kafir. Mereka memenuhi janji bukan untuk mencari ridha Allah, akan tetapi mereka ingin membaguskan eksistensi mereka di antara orang-orang yang ada dengan tujuan untuk membuat tipu daya terhadap mereka. Pada hakikatnya, orang mukminlah yang senantiasa menunaikan janji dengan sempurna, karenanya jika kamu ingin ketegasan, maka katakan kepada temanmu, "Kamu berjanji kepadaku, dengan perjanjian orang mukmin atau perjanjian orang munafik?" Nah itulah yang paling benar. Barangsiapa yang memenuhi janjinya, maka ia adalah seorang mukmin, dan barangsiapa yang mengingkari janjinya, maka dalam dirinya terdapat unsur kemunafikan.
m
( berlanjut ......................................
SyarahRiyadhus Shalihin®

Jumat, 19 Oktober 2012

Pembacaan Hadits Ba'da Maghrib 19102012

Menyalati Jenazah
 
Syarat  Shalat  Jenazah
 
Shalat jenazah sebagaimana redaksi shalat lainnya. Shalat jenazah juga memiliki beberapa syarat sebagaimana syarat dalam melaksanakan shalat fardhu, yaitu : Badannya suci, suci dari hadats kecil maupun besar, menghadap kearah kiblat, menutupi aurat. Imam Malik meriwayatkan dari Nafi' bahwasanya Abdullah bin Umar berkata, janganlah seseorang melakukan shalat jenazah kecuali ia dalam keadaan bersih (suci).
 
Yang membedakan antara shlat jenazah dengan shalat fardhu adalah bahwa shalat jenazah tidak terikat dengan waktu; shalat jenazah dilakukan kapan saja saat jenazah tiba, bahkan dalam waktu yang dilarang sekalipun (untuk shalat selain shalat jenazah). Pendapat ini diutarakan oleh Imam Abu Hanifah dan Syafi'i.
 
Imam Ahmad, Ibnu Mubarak dan Ishak berpendapat bahwa melaksanakan shalat (jenazah) saat matahari terbit, tepat berada di atas dan saat tenggelam, hukumnya makruh kecuali jika tubuh dikhawatirkan akan berubah (membusuk).
 
 
Fiqih Sunnah®
           

Pembacaan Hadits Ba'da Shubuh 19102012

Meletakkan Kedua Tangan di Lutut
dan Penasakhan Perapatan dan Pensejajaran
Jari-jari Telapak Tangan
 
293.    Bersumber dari Mus'ab bin Sa'ad ra, ia berkata, "Aku pernah shalat disamping ayahku. Aku tempelkan tanganku pada lututku. Kemudian ayahku berkata kepadaku, 'Tempelkan kedua tanganmu di kedua lututmu'. "Kemudian aku melakukan hal itu sekali lagi. Ayahku memukul tanganku sembari mengatakan, 'Sesungguhnya kita dilarang dari melakukan seperti ini, kita diperintah agar menempelkan telapak tangan di lutut'".
(Muslim II : 69)
 
Bacaan dalam Ruku' dan Sujud
 
294.    Bersumber dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata, "Adalah Rasulullah SAW dalam ruku' dan sujudnya seringkali membaca, 'SUBHAANAKAL LAAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA, ALLAAHUM MAGHFIRLII' (Maha Suci Engkau, ya Allah! Rabb kami dan dengan puji-Mu. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku!)'. Beliau merealisasikan perintah al-Qur'an".[1]
(Muslim II : 50)
 
Dilarang  Membaca  Ayat  Dalam  Ruku'  dan  Sujud
 
295.    Bersumber dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, ia mengatakan, Rasulullah SAW pernah menyingkap tirai, sementara para sahabat membentuk beberapa shaf di belakang Abu Bakar ra., Kemudian beliau SAW bersabda, "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya tidak tersisa dari kabar gembira mengenai kenabian melainkan sekedar mimpi baik yang dilihat oleh orang muslim atau diperlihatkan kepadanya. Ketahuilah, sesungguhnya aku dilarang membaca ayat al-Qur'an ketika ruku' atau sujud. Adapun ketika ruku', maka agungkanlah Allah pada saat itu; dan adapun ketika sujud, maka bersungguh-sungguhlah memanjatkan doa, karena pasti (doa) kalian akan dikabulkan".[2]
 
            [1].          Maksudnya mengamalkan apa yang diperintahkan Allah dalam al-Qur'an : wasabbih
birabbika wastaghfirhu.
 
                [2].          Bersungguh-sungguhlah dalam berdoa.
 
Ringkasan Shahih Muslim®