Selasa, 21 Februari 2012

[Ahmad Dzulfikar] Mudah-mudahan tidak bosan bacanya

From: Ahmad Dzulfikar <fikar.books@gmail.com>

Karena Tuhanmu adalah Allah...

Banyak sudah orang-orang yang menderita penyakit kronis, bahkan dokter
pun memvonis umurnya tak lama lagi. Akan tetapi, meskipun dengan
derita penyakitnya itu, ia tertidur di malam hari, kemudian bangun di
pagi hari berharap suatu keajaiban terjadi. Tiba-tiba saja tanpa
pemberitahuan sebelumnya, ia sembuh dari penyakitnya, padahal
sebelumnya ia yakin betul bahwa apa yang dikatakan oleh dokter adalah
suatu keniscayaan, dan penyakitnya itu tidak akan meninggalkan dirinya
kecuali nyawa meninggalkan badan. Namun, ketika takdir datang
kepadanya, maka tak ada jalan lagi untuk menghindar. Yang tertulis
itulah yang menjadi kenyataan, karena ia adalah keputusan final.
Sementara itu, tidak ada sesuatu apa pun yang dapat menentang
ketetapan Allah Swt.
Itulah harapan. Bahkan, walaupun indikasinya belum juga tampak hingga
sekarang, tetapi kita tetap harus berhayal dan terus berpegang pada
tali harapan itu. Dengan tali inilah kita berpegang kuat di tengah
terjangan ombak kehidupan, mengharap belas-kasih Tuhan yang tiada
bertepi. Barangkali saja setelah malam gelap gulita, sang fajar pun
muncul setelah semalaman kita diterjang ombak dan diguyur hujan dengan
diiringi derai air mata kepedihan.
Lantas, mengapa kita tidak optimis bahwa suatu sat Allah Swt. akan
mengubah kondisi kita: dari yang buruk menjadi yang lebih baik?
Bukankah semua manusia dilahirkan telanjang, tak punya harta dan properti?
Bukankah semua orang dilahirkan menganggur tak punya kerja, dan
sedikit pun mereka tidak tahu bagaimana masa depannya nanti?
Anda pun boleh berkata, "Bisa saja seorang anak lahir dari keluarga
kaya raya, dan dialah yang nantinya akan mewarisi kekayaan
keluarganya."
Anda pun boleh berkata, "Bisa saja seseorang terlahir dari seorang
konglomerat."
Akan tetapi, ingatlah, setelah Karun tiada, adakah orang yang berani
menjamin dirinya dengan harta yang ia punya, dengan rumah dan properti
yang ia punya, atau dengan proyeknya yang tersebar di mana-mana?
Kemiskinan adalah takdir Allah, sementara kaya adalah anugerah dan
pembarian-Nya. Seseorang bisa rugi sehingga kerugiannya itu
menghabiskan seluruh hartanya dan kemudian ia menjadi miskin.
Sebaliknya, seorang fakir pun bisa besar dan menjadi kaya raya. Andai
Anda berusaha untuk memahami hal ini, niscaya pikiran Anda akan
semarawut, bahkan bisa-bisa Anda gila karena memikirkannya.
Boleh jadi seseorang yang rumahnya berdinding tanah liat, tetapi
mimpinya untuk memiliki sebuah kota tidak pernah padam. Bisa jadi
seseorang miskin, yang bahkan untuk membeli sepatu saja ia tidak
mampu, tetapi mimpinya untuk membeli mobil mewah tidak pernah padam.
Jangan Anda berkata mustahil, bagaimana jadinya jika yang mewujudkan
semua mimpinya itu adalah Allah, Tuhan yang Maha Pemberi? Apa Anda
masih menanyakan sebabnya?
Alkisah, tersebutlah tiga orang pemuda yang duduk santai sambil
ngobrol. Namun, ketika obrolan mereka telah sampai pada pembahasan
masa depan, apa yang terjadi dengan mereka? Apa yang mereka ucapkan
terkait mimpi dan obsesi mereka?
Mulailah seorang di antara mereka membuka pembicaraannya. Orang ini
bertemperamen suka ragu dan dipenuhi rasa khawatir, terlebih setelah
melihat situasi negerinya. Mimpimya sederhana dan orientasinya pun
cukup sederhana. Ia berkeinginan untuk menyelesaikan usaha
kecil-kecilan dengan bantuan orang tuanya, menikah dan selesai.
Orang kedua hanya diam dan tak angkat bicara.
Tibalah orang ketiga untuk mengutarakan mimpinya. Dari gaya bicaranya
terlihat orang ini berpengetahuan luas, optimistis dan pandangannya
tak memngenal batas. Ia mengisahkan, sejak kecil memang dirinya
tertarik dengan tanaman dan tanah. Maka dari itu, obsesinya ke depan
adalah ia mempunyai tanah luas di padang pasir yang nantinya akan ia
sulap menjadi lahan pertanian produktif yang sekaligus di sana akan
dibuka sebuah kota swasembada yang mampu mencukupi kebutuhan gandum
untuk kota tersebut. Dan untuk merelisasikannya, ia telah
mencangangkan program sebagai berikut:
Pertama, ia merencanakan menanam gandum yang cukup untuk kebutuhan
seluruh penduduk kota.
Kedua, ia akan membangun rumah besar yang dikelilingi oleh kebun sayur dan
buah.
Keempat, ia merencanakan budi daya tanaman hutan industri, seperti
kayu dan rotan.
Kelima, menanam buah dan sayur organik.
Keenam, mendirikan industri untuk mengolah hasil hutan dan pangan kota
tersebut.
Ketujuh, membangun pasar untuk memasarkan produk kotanya.
Kedelapan, membangun pemukiman bagi para pemuda yang akan bekerja di
kota tersebut lengkap dengan tempat ibadah, sekolahan rumah sakit dan
infrastrukturnya. Bahkan, ia akan menciptakan sebuah sistem yang dapat
membantu para pemuda membentuk keluarga.
Kesembilan, menyediakan armada angkutan yang akan menghantarkan produk
kotanya ke berbagai pasar baik dalam dan luar negeri. Selain itu, ia
juga membangun armada angkutan yang menghubungka kotanya dengan
kota-kota yang lain.
Belum selesai ia megulas segala obsesinya, tetapi temannya keburu
menertawakannya dengan sinis. Bahkan ia menyepelekan obsesi itu dan
menganggapnya mustahil. Dengan lagak meremehkan, temannya itu
bertanya, "Dari mana engkau mendapatkan dana untuk mewujudkan semua
impianmu itu?"
Maka, dijawablah pertanyaan temannya itu dengan tenang, "Andai engkau
mempunyai paman seorang konglomerat besar yang usahanya bertebaran di
berbagai negara dan bergerak dalam bidang apa saja, dan engkau pun
mempunyai hubungan baik dengannya sehingga ketika engkau datang
kepadanya dia akan memberikan apa yang kauminta, apakah engkau akan
bersusah payah untuk mendapatkan suatu jabatan setelah engkau lulus
nanti?
"Tentu saja tidak!" jawabnya.
"Itu kalau pamanmu, lantas bagaimana yang jadi konglomerat itu adalah
ayahmu? Ketahuilah, aku hanya punya Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Dia-lah yang memberi kerajaan kepada seorang raja, Dia-lah yang
memberi kekayaan kepada orang-orang kaya, dan Dia pula yang akan
mewujudkan impianku dengan izin-Nya!"
Seketika itu juga temannya pun terdiam seribu bahasa, tak lagi
membantah, bahkan satu kalimat pun tak terucap dari mulutnya.
Sekarang, mengapa Anda tidak optimis jika kondisi Anda tidak sesuai
dengan yang diharapkan?
Mengapa Anda tidak optimis karena Anda tak punya harta?
Mengapa Anda tidak optimis karena rezeki Anda sempit dan Anda takut
kehilangan yang sudah Anda raih?
Janganlah berputus asa! Jika Anda menginginkan harta yang banyak dan
melimpah, Anda masih mempunyai kesempatan, bahkan kesempatan itu
terbuka lebar untuk Anda melebihi dari apa yang Anda saksikan, baik di
tv, internet atau pun yang Anda baca di majalah dan koran. Itu tidak
lain karena Allah Swt. yang Maha Memberi rezeki dan yang akan
mewujudkan semua impian Anda. Dia-lah yang akan membagi dengan adil:
yang jika Dia memberi maka sudah seharusnya kita bersyukur, dan
apabila Dia menahan, maka di baliknya terdapat hikmah yang dalam.
Namun, janganlah Anda terobesesi kapan pemberian itu tiba dan
bagaimana pemberian itu diberikan, sebab yang Maha Memberi itu adalah
Allah yang memberi rezeki kepada siapa saja tanpa hitungan.
Pertanyaannya, mengapa Anda tidak optimis, padahal Anda mempunyai
Tuhan yang asma dan sifat-Nya adalah Sang Maha Pemberi?
Sobat, optimislah! Cukupkanlah bagi hidupmu itu bahwa engkau hanya
mempunyai Tuhan yang asma-Nya adalah "Allah Subhanahu Wa Ta'ala".

--
Komunikasi, Informasi dan Hubungan Masyarakat
Manajemen Masjid At Taqwa
Pondok Surya Mandala - Bekasi Selatan 17146

E-mail ini hanya untuk orang atau pihak yang namanya tercantum dalam alamat
penerima. Humas At Taqwa tidak bertanggungjawab terhadap penerusan e-mail
kepada pihak lain yang dilakukan oleh penerima e-mail ini.

Tidak ada komentar: