Senin, 15 Oktober 2012

Pembacaan Hadits Ba'da Isya' 11102012

DAHSYATNYA SIKSAAN BAGI ORANG YANG MEMERINTAHKAN  KEBAIKAN  DAN  MELARANG KEMUNGKARAN, TETAPI UCAPANNYA BERTENTANGAN DENGAN  PERBUATANNYA
 
Allah Ta'ala berfirman,
 
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedangkan kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat), Maka tidakkah kamu berpikir". (QS. Al-Baqarah : 44).
 
 
"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan".  (QS. Ash-Shaff : 2-3)
 
"Dan aku tidak berkehendak mengerjakan apa yang aku larang kamu daripadanya".
(QS. Hud : 88)
 
PENJELASAN
 
Penulis Rahimahullah berkata dalam "Bab Dahsyatnya Siksaan Berlipat bagi  Orang yang Memerintahkan Kebaikan dan Melarang Kemungkaran, namun Ucapannya Bertentangan dengan Perbuatannya", berdasarkan bab yang sebelumnya tentang wajibnya memerintahkan kebenaran dan mencegah kemungkaran, maka sangat cocok menyebutkan bab ini tentang dahsyatnya siksaan bagi bagi orang yang memerintahkan kebaikan namun tidak melakukannya, atau melarang kemungkaran namun ia melakukannya, Na'udzu Billah. Barangsiapa yang kelakuannya seperti ini, maka tidaklah ada kebenaran dalam perintah dan larangannya, karena jika ia benar dengan perintahnya, meyakini sepenuhnya bahwa apa yang ia perintahkan adalah baik dan bermanfaat, tentunya ia menjadi orang pertama yang akan melakukannya jika ia mau berpikir. Demikian juga ketika ia melarang suatu kemungkaran, ia meyakini bahwa hal itu berbahaya, dan jika ia lakukan maka ia berdosa, tentunya jika ia berpikir, maka ia akan menjadi orang pertama yang meninggalkannya. Jika ia memerintahkan kebaikan dan tidak melakukannya, atau melarang keburukan namun justru ia melakukannya, maka diketahui dengan jelas bahwa apa yang dikatakannya itu tidak berpegang pada keyakinan (akidah), Na'udzu Billah. Karenanya Allah memungkiri hal ini dengan firman-Nya,
 
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedangkan kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat), Maka tidakkah kamu berpikir". (QS. Al-Baqarah : 44).
 
            Kata tanya di sini menunjukkan makna pengingkaran. Yakni, bagaimana kalian memerintahkan orang untuk berbuat kebaikan dan melupakan diri kalian tidak melakukannya, sedangkan kalian membaca Al-Kitab, mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, tidakkah kalian berfikir?!. Pertanyaan ini untuk menghinakan, Allah berkata kepada mereka, "Bagaimana hal ini bisa terjadi pada kalian? Dimana akal kalian jika kalian benar-benar termasuk orang-orang yang jujur?. Contohnya, ada seseorang yang memerintahkan orang lain agar meninggalkan riba', akan tetapi justeru dia yang bertransaksi dengannya, bahkan melakukan sesuatu yang lebih dahsyat dari riba, dia berkata kepada orang-orang, "Janganlah mengambil riba dalam transaksi bank", kemudian ia pergi mengambil riba dengan rekayasa, makar, dan tipu daya, dan dia tidak tahu bahwa apa yang dilakukannya berupa rekayasa, makar dan tipuan adalah dosa yang sangat besar, lebih berat dari orang yang mengambilnya dengan cara yang biasa. Karenanya Ayyub As-Sahtiyani  Rahimahullah berkata kepada orang yang berbuat rekayasa dan makar, "Sesungguhnya mereka menipu Allah sebagaimana mereka menipu anak-anak kecil, sekiranya mereka melakukannya dengan cara yang biasa, makan akan lebih ringan", benarlah apa yang beliau katakan.
 
( berlanjut ................
SyarahRiyadhus Shalihin®

Tidak ada komentar: